Hipotesis Realitas Flat Earth


Seperti sebuah filosofi air.
Mengalir dari tempat tinggi ke tempat rendah, dari hulu ke hilir. Dan bermuara ke laut. Setiap ujung pasti ada akhiran, persis dengan realitas flat earth.
Ini bukan perkara bulet, datar, atau lonjong. Ini jauh lebih dari itu, bagi yang berpikir, dan memahami lebih dalam. Deep into the rabbit hole.
Dan kesederhanaan sifat dasar air jugalah, yang menghancurkan teori imajiner gravitasi. Sebuah teori yang seharusnya sangat sederhana, sengaja dibentuk semakin kompleks.
Jadi, apa sebenarnya muara dari semua ini? kenapa harus serumit itu? Apa yang disembunyikan dari realita ini? Benarkah ini semua?
Here we go!
Sejarah bukanlah sebuah fakta yang objektif.
Kita harus memikirkan ulang, mengkaji ulang, dan memprogram ulang semua yang pernah kita terima begitu saja. Terutama di jaman kita sekolah dulu.
“History was written by the victors”, begitu ungkap seorang Winston Churchill. Sejarah ditulis oleh para pemenang. Pemegang tampuk kekuasaan di jamannya, pemenang yang memiliki keabsolutan untuk mempengaruhi peraturan, dan society.
Ribuan tahun lamanya The Almagest Claudius Ptolemy telah menjadi persetujuan peradaban kuno. Sampai tibalah di abad ke-16, semua berubah! karena seorang cleric kelahiran Polandia. Nicolas Copernicus.
Semua yang tercantum dalam De Revolutionibus, hanyalah asumsi bujang lapuk demi suatu motif. Menurutnya, bila Ptolemy telah salah dalam menentukan perhitungan dan pergerakan bulan, maka salahlah semua teori geosentris yang hebat itu!
Motif yang penuh paham Hermetism dan paganisme. Approval Pope 3 yang kepalang senang dengan apa yang diperbuat Copernicus, membuat semua rangkaian sejarah menjadi subjektif.
Manusia peradaban kuno adalah bodo, proses Julian menjadi Gregorian calendar, man on the moon. Dan masih banyak lagi.
Semua cerita dan fakta sebuah sejarah, bisa dengan mudah diubah. Semudah membalikkan telapak tangan. 
Selebihnya, biarlah waktu yang menjadikannya semakin cantik.
Fakta yang objektif bukanlah menjadi tanggung jawab moral sebuah sejarah yang harus diingat.
Sains modern penuh muatan politis.
Tahukah kamu? terlalu banyak simbologi dan numerologi yang mengandung nilai-nilai hermetisme? Semua simbol dalam alchemy dan chemistry, diambil dari ajaran hermetisme.
Perjalanan sains modern yang bermulai pasca teori Heliosentris, semakin jelas menunjukkan: sains, kultur dan literatur jelas masih dipengaruhi oleh misi mereka. Bahkan sebuah agama!
Bagaimana authority pada jamannya, cherry picking (pilih kasih) terhadap sains-sains yang sejalan dengan tujuannya. Di satu sisi menafikan kebenaran ilmiah yang justru sudah sesuai kaidah saintifik. Morley – Mcphelson yang justru membuktikan tiada pergerakan pada bumi, dibalas oleh general relativity seorang Einstein.
Dengan memanipulasi parameter aether, general relativity diklaim sebagai yang paling mutlak kebenarannya.
Pada sisi lainnya, fakta kenyataan bahwa jadwal penerbangan selalu tiba dengan jadwal yang konstan. Jelas kontradiktif dengan klaim bumi itu berotasi.
Sains modern penuh muatannya dengan pseudo science. Mereka dibekali oleh ad hoc hypothesis, untuk menutupi celah-celah anomali teori-teori imajiner yang dirilisnya. Layer by layer, mengontrol kebohongan demi tujuan politis.
Saintisme berperan seakan sains itu adalah paling benar. Selebihnya salah!
Satelit haruslah dibuat, dan itu benar. Tanpa satelit itu sebuah masalah. Yang benar mereka, rakyat harus salah.
Lalu, bagaimana uang yang digunakan dari pajak hasil keringat rakyat? mana yang sebenarnya benar? Mengalokasikan triliunan rupiah untuk menaikkan kesejahteraan guru, renovasi sekolah-sekolah di pelosok,
atau menyantuni fakir miskin dan anak terlantar di jalanan sana?
Kalian di lembaga negara yang mengambil keuntungan dari sebuah pseudo science satellit, hanyalah omong kosong diantara rangkaian kezaliman di negeri ini!
Definisi benar itu hanya menurut ndasmu! you guys just same shit different days!
Mereka meyakinkan climate change itu ada, global warming telah terjadi. Yang akan disusul oleh carbon tax.
Muaranya selalu berujung sama dengan sebelumnya. Mengontrol persepsi manusia, dan keuntungan profit
yang didapatkan dari pajak rakyat. Sekali dayung, dua tiga pulau terlampau. Rapih.
Dan masih banyak lagi sains yang diproduksi demi sebuah agenda.
Manusia memang harus dikontrol, dengan tata cara aturannya.


 Tuhan menciptakan bumi tidak sekedar asal-asalan. Tuhan tidak seperti Darwin. Ia tahu apa yang kita tidak ketahui, ia mengirimkan manusia sebagai intellectual design yang mustahil untuk bisa di duplikat.

Bumi pada awal penciptaannya dibuat untuk semua manusia. Apa yang terkandung di dalamnya,diperuntukkan bagi ciptaanNya. 
Ia mengontrol melalui cara-cara misteriusnya. Sampai tibalah segerombolan manusia pengikut ciptaan terkutuknya, yang tergabung dalam secret society.
Semua yang ada di muka bumi tidak seharusnya diperuntukkan bagi beberapa yang sanggup bertahan.
Tujuannya?
Mengendalikan – menguasai manusia lewat segala tipu daya mereka.
Mereka adalah gerombolan yang hanya memandang ke satu sisi kehidupan, duniawi. Persis seperti representasi dajjal bermata satu. Hanya kepada satu sisi sebuah perspektif. The illusion of truth.
Mereka mengontrol miliaran manusia dengan kekuasaannya. Berbagai tingkatan hidup kita sehari-hari. Pendidikan, politik, kesehatan, finansial dan lainnya.
Mereka mengontrol kebenaran untuk dibalik menjadi kebohongan yang terstruktur, melalui gaya main authority. Mereka mengontrol perilaku miliaran manusia, sesuai dengan aturan mainnya. Apa yang sejalan dengan agendanya, adalah yang seharusnya dilakukan.
Mereka bilang, ganja adalah ilegal. Sementara rokok yang mengandung jutaan zat beracun adalah legal.
Mereka bilang, kemoterapi adalah hal yang dianjurkan. Sementara pengobatan herbal adalah berbahaya.
Mereka bilang, jangan tanyakan apa yang negara lakukan kepadamu, tapi tanyakan apa yang kamu lakukan terhadap negaramu.
Mereka bilang, taruhlah uangmu di Bank adalah hal yang benar, simpanlah dalam waktu yang lama maka kamu akan untung.
Mereka bilang, haruslah berasuransi, suatu saat kamu pasti sakit dan mati.
Mereka mengontrol, bahwa pendidikan adalah barang mahal. Hanya mereka yang mau untuk merelakan
pundi-pundi uangnya, yang berhak menikmatinya. Sementara manusia yang terlahir dan dipaksa untuk menjadi miskin, cukup meratapi nasib, dan bertahan semampunya.
This world is not belong to them!
Mereka mengontrol sesuai aturan yang dibuat dalam sistem. Mereka mengontrol persepsi manusia bahwa
itulah yang benar untuk kehidupan kita.
Jangan percaya-percaya amat ama Tuhan-lah ibaratnya.
Menjadi manusia seutuhnya, manusia Geosentris.

Realitas flat earth, haruslah ditunjang dengan langkah kongkrit dalam kehidupan.
Sebuah teori dan debat kusir, hanyalah berujung pada hal yang sama: intangible (tidak terlihat), dan tidak menyelesaikan masalah pada realita kita.
Menjadi manusia Geosentris.
Manusia yang menjadi manusia seutuhnya. Mengikuti ajaranNya.
Jangan menyakiti, jangan mengambil hak orang lain, saling berbagi, mengasihi. Dan lawan semua hal yang bersifat dzalim dan irasional. Hidup bukanlah sekedar begitu saja, dan kita tidaklah sama satu dan lainnya.
Dave Manly, ilmuwan Macedonia yang empat puluh tahun memilih menjadi atheist, dan sadar karena realitas flat earth. Akhirnya berkesimpulan, bahwa bumi, alam semesta, dan manusia ada yang mengatur. Ada yang menciptakan.
Konsep creationist memang ada.
Heliosentris perlahan membentuk pola pikir miliaran manusia menjadi materialisme. Dunia adalah segalanya. Tiada kehidupan setelah kematian, dan Tuhan tidak berperan penting dalam keseharian.
Perlukah kita sebuah deposito demi mengharapkan beranaknya uang kita dari hasil bunga bank? Perlukah kita mengoleksi credit card sebanyak mungkin dengan cara berhutang?
Perlukah kita menjadi keren dengan mengoleksi sebuah nilai (value) yang terkandung dalam sebuah bentuk objek seperti, iPhone baru, mobil baru, sepatu baru, dan hal-hal lainnya yang hanya menginginkan sebuah label berbentuk pujian publik?
Sampai kamu harus berpikir dan bertindak, perlukah kita menghabiska puluhan juta uang demi sebuah pernikahan yang relevansinya jauh dari sisi agamaNya? demi sebuah prestis? atau membonceng istilah sebuah kultur?
It was so f***ing b*llsh*t! we don’t need that thing!
Kenapa harus merefleksikan pemikiran dan sikap manusia Geosentris? kalau sudah memahami realitas flat earth? Karena ide hanyalah ide tanpa adanya langkah kongkrit pada nyatanya.
Think more.
Saya bukan seorang platonean, tapi saya menyetujui dengan apa yang ia ceritakan di The Republic, think more.
Plato bingung dengan fenomena seorang Socrates, kenapa Socrates begitu populer, sementara jurnal dan karyanya tidak sebanyak dirinya?
Akhirnya ia menemukan penyakit yang selama ini terjadi di kalangan kita, penyakit yang dinamakannya sebuah doxa. Popular opinion, opini yang popular.
 Doxa yang dibentuk oleh kalangan negarawan saat itu. Tujuannya hanyalah demi sebuah agenda, untuk melanggengkan misi mereka. Motif dan tujuan.
Plato menyadari bahwa semua manusia tidaklah seharusnya sama. Kecenderungan manusia kepada manusia lainnya tidaklah sama dan absolut.
Bukankah Ia telah menyampaikannya melalui keberagaman DNA dalam diri kita? bahwa kita tidaklah sama satu dan lainnya?
Untuk menjawab sebuah doxa, ia menganjurkan kita untuk berpikir lebih dan mendalam. Think more.
Dengan berpikir lebih dan mendalam, serta mengerti sambil memahami sebuah knowledge yang benar. Manusia tidak akan menjadi bandwagon. Manusia adalah sebuah kusir kereta kuda, seharusnya sang kusir yang mengendalikan kuda-kuda di depannya, bukan sebaliknya.
Dengan memahami realitas flat earth, sudah seharusnya kita berpikir lebih dan mendalam. Semua yang terjadi, haruslah dicari tahu akar dan alasannya.
Sistem edukasi kita memang mencetak manusia-manusia lainnya menjadi manusia robot, mengharamkan critical thinking. Manusia-manusia yang hanya Just do it!
Sistem yang kita lihat saat ini, hanya memfokuskan pada nilai sebuah hasil. Bukan sekedar proses. Yang membuat manusia-manusia lainnya agar seragam, dan haruslah sama dengan apa yang diharapkannya.
Menjadi manusia Geosentris, memang rumit, penuh resistensi – penolakan. Ditambah, skeptisnya pandangan
agen-agen Smith dalam hidup kita.

Jangan takut, jangan sedih. La tahzan, innallaha ma’ana.
Karena tidak hanya kalian yang merasakan hal-hal normal seperti itu. Saya sudah dan masih mengalaminya sampai detik ini. Dicibir, dianggap aneh, stress, atau apapun mereka mau menyebutnya. Sayangnya, mereka belum kenal dengan sang idola Eddie Bravo. Simpel jawabnya, “Yes i’m crazy, i am crazy, of course i am crazy!”.
Semua resistensi dan penolakan itu sangat lumrah, santai seraya menghibur diri, dan mencoba positif saat itu terjadi.
Kebetulan saya dulu pengoleksi Harry Potter di jaman-jaman SMA sang pengarang yang dulunya di ambang kemiskinan, dan sering ditolak, dicemooh lingkungannya, bilang begini:
 “In fact, if you’re on path to greatness, you will see more rejection than before” – J.K Rowling.
Mereka akan selalu berargumen yang sama, dari hari ke hari: “Ngapain sih elo mikirin bentuk bumi bulet apa datar, ‘udahlah kerja aja yang bener, cari duit biar idup gak susah-susah amat, berkeluarga deh abis itu,”
Miris. Terjebak efek Bystander (bystander effect).
Memang itu tidak salah, namun tidak juga sepenuhnya benar. Cuma, itu dianggap lumrah oleh mereka. Lumrah karena begitulah seharusnya. Jangan terlalu ribet hidup katanya.
Lumrah mengganti kebiasaan eksis dan menghabiskan waktu sesuai jaman, tanpa menjadikan kebiasaan berpikir sembari mengoleksi bacaan-bacaan buku sehari-seharinya.
Lumrah dengan persepsi ‘perubahan’ hidup, adalah dengan perubahan yang sifatnya bernilai tangible (terlihat), dengan parameter materialisme di dalamnya.
Itu kenapa saya paling muak dan tidaklah penting untuk hadir dalam setiap reuni SMA.
They proud of being modern enslavement, without having critical thinking.  And they are just human without humanity inside.
Inilah muara sebenarnya dari realitas flat earth. Kita sudah pasti mustahil mengubahnya dalam satu malam. Kita sudah pasti belum tentu berhasil pada akhirnya.
Tetapi, setidaknya kita ‘kelar’ pada saat berusaha dan mencoba.
Apa yang paling menyedihkan dalam hidup, disaat kita sudah tahu kita seperti apa dan bagaimana, tapi kita hanya diam dan menunggu waktu untuk selesai begitu saja?
Bukankah firmanNya sudah jelas menganjurkan bagaimana seharusnya dalam mengabarkan berita yang baik dan penuh kebenaran?
Realitas flat earth adalah kebenaran apa adanya, teruslah untuk mengingatkan, menyebarkan dengan cara yang bagaimana seharusnya kita alami. Dengan gaya dan pemikiran sesuai masing-masing personal.
Ingat, disitu dicantumkan tentang kesabaran. Sabar.
Kita kudu sabar menghadapi cognitive dissonance para globehead yang dibutakan oleh dunia fana, karena mereka terjebak dalam keindahan sebuah nilai-nilai sebuah paham materialisme.
Mark Twain juga bilang sama, menyadarkan orang yang tertipu memang lebih sulit daripada menipu orang.
We still the puppets, but we are the puppets who saw the strings attached on us
So Don’t Keep calm It’s Time To Wake Up..!!
by: 
Hipotesis Realitas Flat Earth Hipotesis Realitas Flat Earth Reviewed by Unknown on November 01, 2017 Rating: 5

Tidak ada komentar